Setelah melakukan perbincangan santai dan hangat, Rektor UIN Gn Djati Bpk Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si mengajak Syekh Akbar untuk berkunjung kembali ke almamaternya UIN Sunan Gunung Djati, dan akan menyediakan 'panggung dakwah' untuk Syekh Akbar di hadapan para mahasiswa.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Syekh Akbar merupakan lulusan UIN Bandung. Perjalanan pendidikannya lumayan panjang dan unik hingga berhasil mengenyam pendidikan S-2, melalui puluhan pesantren sebelumnya.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung saat ini sudah berubah (yang menurut Rektor hanya casing-nya saja), sehingga pemandangan beberapa puluh tahun lalu kini sudah berubah secara fisik di mata Syekh Akbar.
Bpk Rektor yang merupakan kordinator Kopertais wilayah Jawa Barat itu menginginkan suasana casing baru tersebut diiringi dengan suasana baru, yakni dengan penyegaran tasawuf lewat kedatangan Syekh Akbar. Tasawuf merupakan ajaran yang membawa kesejukan dan kedamaian. Kehadirannya di Nusantara pun melalui teladan santun pembawanya. Para wali telah menjejakkan nilai-nilai Islam yang damai, mulai dari Barat (Syekh Abdur Rauf Singkil) hingga Timur (Yusuf Al Makasari).
Saya juga merupakan murid Beliau. Karena selalu mengikuti kajian Beliau di Serambi Islami TVRI,' ujar Prof yang membawahi 160 lebih perguruan tinggi Islam di wilayah Jawa Barat tersebut.
Diamati dari berbagai sumber Idrisiyyah telah lama berkiprah. Kini kiprahnya semakin bertambah dengan berdirinya STAIDRIS. Sebagai lembaga pendidikan yang berada di naungan tarekat lulusannya bisa menerapkan teori atau konsep tarekat, tidak mesti sama dengan lembaga yang lain. Bahkan bisa menjadi keistimewaan tersendiri dengan Tasawufnya.
'Pondok pesantren Idrisiyyah merupakan pesantren yang unik, karena telah menanamkan nilai-nilai kehidupan, berupa berekonomi sosial dalam ajaran agama. Sementara banyak para Ulama mengajarkan konsep tentang kematian bukan kehidupan. Maka mudah-mudahan dengan lahirnya STAIDRIS dengan jurusan Ekonomi Syariah-nya akan menciptakan pabrik tekstil, yang kini dikuasai oleh orang-orang non muslim. Sebab kain dibutuhkan sekali dalam kehidupan, yakni untuk menutup aurat dan ibadah. Nilainya menjadi fardhu kifayah,' demikian tutur Prof. Mahmud.